Sosok Fitri Wanita Diterkam Diduga Buaya Riska Milik Pak Ambo,Korban Kritis di RS,Patah Tulang


Inilah sosok Fitri Ramadani(27), yang menjadi korban terkaman buaya Riska, hewan peliharaan Pak Ambo.

Fitri merupakan warga Muara Sungai Guntung RT 002, Kelurahan Guntung, Bontang, Kaltim.

Salah satu saksi mata mengatakan, Fitri Ramadani diterkam buaya saat hendak mendatangi suaminya yang tengah menguras perahu.

Ia ditarik 10 meter ke sungai oleh buaya, yang mengakibatkan banyak air masuk ke paru-parunya.

Informasi kondisi terakhir korban, tulang kakinya patah dan paha kanannya robek akibat sabetan gigi buaya.

Fitri mendapat 5 luka gigitan dan dirawat RS secara intensif selama 4 hari lantaran sempat kritis.

Hingga pada 12 Agustus Fitri dirujuk ke RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda untuk melakukan perawatan lebih lantaran menderita gangguan paru paru karena terlalu lama di dalam sungai

Fitri kemudian pulang kembali ke Bontang tepat pada 30 agustus untuk melakukan rawat jalan.

Fitri yakin buaya yang menerkam kakinya itu adalah Riska, lantaran memiliki gigi yang penuh dan tajam.

Sementara, buaya Ompong yang diyakini oleh Pak Ambo, tidak memiliki gigi.

Akibatnya, Fitri harus dilarikan ke rumah sakit, dan sempat mengalami kritis.

Adapun awalnya, Fitri berencana membawakan makan malam ke suaminya yang seharian belum ada pulang.

Saat coba mendekat ke perahu suaminya, Fitri seketika diterkam buaya dan langsung teriak histeris.

Fitri sempat ditarik sepanjang 10 meter dari bibir sungai payau.

“Langsung diterkam, ditarik jatuh ke sungai dan saya itu masih sadar.”

“Saya lihat karena penasaran apa yang gigit, ternyata buaya, dan buaya itu giginya penuh, taringnya itu ada segini (sejari) dan buaya itu ada kuning kuningnya,” jelas Fitri.

Zulkifli yang mengetahui hal tersebut awalnya mengira jika sang istri hanya terpeleset.

Namun kemudian rekannya menyadarkan Zulkifli bahwa Fitri jatuh karena diterkam buaya.

“Saya tarik itu, dia meronta meronta kakiku ada yang gigit. Saya rangkul dia dan langsung saya pegang itu mulut buaya,” ujar Zulkifli.

Saat mencoba menolong istrinya, tangan Zulkifli ikut digigit buaya tersebut.

Beruntung gigitan buaya tak dalam hingga membuatnya dapat melawan agar lepas.

“Saya teriak tolong buaya, tolong biniku jatuh disambar buaya,” jelas Zulkifli meminta tolong.

Kedua rekan Zulkifli yang ada di lokasi kejadian sontak memegang mulut dan tubuh buaya agar mau melepaskan gigitannya.

Namun saat itu kaki Fitri kembali disambar oleh sang buaya.

“Masih gigit, saya peluk biar ga ditarik lagi,” cerita Zulkifli.

Hingga akhirnya sang buaya yang dilawan warga sekitar menyerah dan pergi menjauh.

“Langsung bawa ke rumah sakit pake mobil,” pungkasnya.

Setelah lepas dari terkaman buaya, Fitri dan suaminya pun langsung dilarikan ke RS PKT karena mendapat luka berat di kakinya.

Buaya Riska Dituding Terkam Warga

Disisi lain, tetangga Pak Ambo yakni Yahya mengaku dengan jelas melihat bahwa yang menerkam warga saat itu adalah buaya Ompong dan bukan Riska.

Saat itu diketahui bahwa Pak Yahya sendiri melihat jika buaya yang menarik korban bukanlah Riska.

“Penjelasan Pak Yahya tetangga Pak Ambo ‘Iya kalo itu bukan si ompong cuma luka aja pasti posisi kakinya itu udah putus.

Namanya buaya, badan Riska juga mulus, memang kupastikan itu ompong, saya narik ibu yang digigit itu,” jelas Pak Yahya selaku tetangga Pak Ambo yang jadi saksi, dilansir dari channel youtube fitriyani RISKA, Rabu (4/10/2023).

Pak Ambo menegaskan jika buaya Riska difitnah.

Pak Ambo tidak terima jika buaya Riska yang sudah dianggapnya seperti anak sendiri itu dituding menerkam warga.

Pak Ambo memberikan klarifikasi jika penerkam manusia pada malam itu bukan perbuatan buaya Riska, melainkan buaya ‘si Ompong’.

“Saya ini orangtuanya, jadi saya berhak mendampinginya,” bebernya.

“Ada penyerangan terhadap manusia. Tapi yang disangka Riska yang menerkam. Buaya lain itu, si ompong,” sambungnya.

Kendati begitu, Pak Ambo menyayangkan korban yang lolos dari terkaman buaya karena ditolong warga, malah menuduh buaya Riska.

“Tapi korban yang diterkam masih menuduh Riska. Korban bikin laporan ke BKSD,” tutur Pak Ambo.

“Padahal warga sekitar menyaksikan jika pada malam itu buaya si ompong yang menerkam,” sambungnya.

Kepada pihak terkait, Pak Ambo meminta agar buaya Riska jangan dievakuasi.

“Saya butuh dukungan, saya berjuang untuk tetap bersama Riska,” tuturnya.

“Saya minta tolong agar Riska jangan ditangkap, karena nyawa pak ambo ada di Riska dan buaya Riska nyawanya ada di pak Ambo,” jelas Pak Ambo.

“Saya sangat sedih jika harus berpisah dengan Riska,” ujar Pak Ambo.

Pak Ambo mengaku jika buaya Riska tidak pernah menyakiti orang.

“Jika Riska jahat, pasti keluarga Pak Ambo sudah ada yang terluka. Ini bisa dilihat kedekatan saya dengan Riska,” bebernya.

“Riska ini dari kecil dikasih tahu sehingga apa yang saya bilang, dia mengerti,” sambungnya.

Pak Ambo pun berharap jika BKSDA mengurungkan niatnya untuk memindahkan buaya Riska dari habitat asli.

Awal Mula Persahabatan Pak Ambo dan Buaya Riska

Kisah persahabatan buaya Riska dan Pak Ambo yang terjalin penuh emosional selama 26 tahun itu belakangan viral di media sosial.

Diketahui, Pak Ambo pertama kali menemukan Riska di perairan sekitar pabrik Pupuk Kaltim pada 23 tahun lalu.

Saat itu, panjang Riska masih satu meter.

Buaya Riska hampir setiap hari mendatangi rumah Pak Ambo di Muara Sungai Guntung RT 002, Kelurahan Guntung, Bontang, Kaltim.

Pak Ambo tak menyangka jika buaya Riska begitu patuh dengannya.

Suatu ketika, Pak Ambo melihat buaya itu berdiam di samping perahu yang disandarkan di depan rumahnya.

Datang sendiri. Kok ada buaya di samping perahu saya. Kupanggil dia, datang. Saya beri makan, sampai sekarang, kata pria kelahiran 1964 itu.

Pak Ambo lalu memberikan nama Riska, dengan alasan sederhana, buaya itu betina.

Nama itu juga sama dengan nama perahunya.

Sejak itulah Pak Ambo mulai dekat dan merawat Riska layaknya hewan peliharaan.

“Perahuku namanya Riska. Kadang saya main-main di Sungai Guntung datangi dia.

Saya pakai perahu, saya dayung, dia (buaya) ikut di samping perahu saya,” kata Pak Ambo.

Pak Ambo sudah menganggap buaya Riska sebagai anaknya. Bahkan ia kerap disambani ke muara sungai dekat rumahnya.

Sesekali pak Ambo mencium buaya Riska dengan penuh rasa cinta.

Buaya sepanjang empat meter itu sering datang ke rumah Ambo saat lapar.

Pak Ambo pun memberikan tiga ekor ayam kepada buaya itu ketika berkunjung.

Usai menyantap makanan yang diberikan Ambo, buaya bernama Riska itu kembali ke perairan Sungai Guntung.

Pak Ambo pernah meninggalkan buaya itu selama dua tahun. Saat itu, Ambo mendapatkan pekerjaan di Samarinda.

Ketika berpisah, Pak Ambo kerap mendapatkan laporan dari sang istri yang melihat buaya itu mondar-mandir di sekitar rumahnya.

Namun, Ambo telah menitip pesan agar warga sekitar memberi makan ketika melihat buaya itu.

“Kadang kalau saya tidak ada. Diberi makan sama warga sekitar,” tutur Pak Ambo.

Ambo selalu mengingatkan warga yang hendak memberi makan agar memperlakukan buaya itu dengan halus, sehingga buaya itu tak melukai warga.

“Jangan kasar. Jangan dimain-mainin. Jadi, kadang nelayan habis melaut beri makan ikan. Dia (buaya) menghampiri perahu nelayan diberi makan ikan sama nelayan,” kata Pak Ambo.

Dua tahun bekerja di Samarinda, Ambo memutuskan pulang ke Bontang mengurus buaya itu.

Sejak merawat buaya itu 23 tahun silam, Ambo tak pernah diserang atau dilukai.

Kini, Ambo mengaku memiliki ikatan batin dengan buaya itu. Buaya itu juga terlihat sangat jinak di hadapannya.

Pak Ambo mengaku tak tahu kenapa bisa begitu dekat dengan buaya itu.

“Saya juga bingung kenapa kami begitu dekat. Tapi, menurut kami orang Sulawesi, pasti ada hubungan keluarga kami dengan buaya. Kenapa dia jadi jinak begini. Dia kalau jalan ke mana-mana dipanggil, pasti kembali,” kata Pak Ambo.