Panglima TNI Bakal Tindak Tegas KKB Papua, Jenderal Agus Subiyanto Bocorkan Rencananya Percepat Tumpas OPM


Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua, semakin sering melancarkan aksinya.

Bahkan belum lama ini KKB Papua semakin berani menyerang aparat TNI Polri.

Panglima TNI, Jenderal Agus Subiyanto pun memastikan bahwa pihaknya tak akan membiarkan KKB Papua menjadi semakin brutal.

Dilansir dari Antaranews.com, Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto menjelaskan penyebutan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB), saat ini kembali disebut Organisasi Papua Mardeka (OPM).

“Mereka sendiri menamakan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) sama dengan OPM,” katanya di Jakarta, Rabu.

Sebelumnya, dalam Rapat Koordinasi Kementerian Polhukam 29 April 2021 disepakati, penyebutan OPM menjadi Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) atau Kelompok Separatis Teroris (KST).

Namun, tertanggal 5 April 2024, TNI mengembalikan status dan penyebutan KKB menjadi OPM.

“Sekarang mereka (OPM) sudah melakukan teror, pemerkosaan kepada guru, tenaga kesehatan dan pembunuhan kepada TNI, Polri dan masyarakat,” ungkap Agus.

“Saya akan tindak tegas untuk apa yang dilakukan oleh OPM. Tidak ada negara dalam suatu negara,” katanya menegaskan.

Melansir POS-KUPANG.COM, lantaran semakin sering KKB Papua melancarkan tindakan anarkisnya di Tanah Papua, sehingga Panglima TNI, Jenderal Agus Subiyanto memastikan bahwa pihaknya tak akan membiarkan Kelompok Kriminal Bersenjata itu semakin brutal di daerah itu.

Panglima TNI mengemukakan hal tersebut dalam jumpa pers di Wisma A. Yani, Jalan Taman Suropati, Menteng, Jakarta, Rabu 10 April 2024.

Ia menyebutkan bahwa pihaknya juga mengubah nomenklatur Kelompok Kriminal Bersenjata menjadi OPM (Organisasi Papua Merdeka) karena oleh kelompok tersebut telah menamakan dirinya demikian.

“Jadi, mereka sendiri menamakan diri sebagai TPNPB, tentara pembebasan nasional Papua Barat, sama dengan OPM,” kata Agus Subiyanto.

Agus mengatakan, OPM telah melakukan berbagai tindakan mulai dari teror, pemerkosaan hingga pembunuhan terhadap masyarakat sipil. Tindakan tersebut persis seperti nama yang melekat pada organisasi tersebut.

“Sekarang mereka melakukan terror, pembunuhan, pemerkosaan kepada guru, tenaga Kesehatan, pembunuhan kepada masyarakat, TNI-Polri. Jadi perbuatan itu akan ditindak tegas,” ujarnya.

Dia juga memastikan bahwa TNI tidak akan diam terhadap tindakan OPM. TNI akan mengambil tindakan tegas.

“Masa harus kita diamkan seperti itu dan dia kombatan membawa senjata. Saya akan tindak tegas untuk apa yang dilakukan oleh OPM. Tidak ada negara dalam suatu negara,” ujar Agus.

Agus menjelaskan, dalam suatu wilayah dikenal dengan operasi teritorial intelijen tempur.

Menurutnya, operasi itu memetakan indeks kerawanan dari daerah yang ada di wilayah-wilayah tersebut.

Teruntuk wilayah Papua, Agus menyebut bahwa pihaknya melakukan penanganan berbeda dengan wilayah lain.

“Senjata ya lawannya senjata ya, tapi tidak. Kita tetap kita mengedepankan teritorial untuk membantu percepatan pembangunan membantu mensejahterakan masyarakat di sana (Papua),” ungkapnya.

Dia mengungkapkan, TNI ikut mengajar di Papua dan memberikan pelayanan kesehatan masyarakat, namun selalu diganggu OPM.

“Padahal, kami akan memberikan bantuan pelayanan masyarakat kepada masyarakat di sana, masa harus didiamkan ?” imbuh Agus. (*)

KRONOLOGI Danramil Aradide Tewas Diserang OPM: Dihujani Peluru,Tewas karena Luka di Kepala Belakang

Danramil Aradide, Kodim 1703-04/Deiyai, Letda Inf Oktovianus Sogalrey, gugur diserang TPNPB-OPM di Paniai, Papua Tengah.

Sebelum ditemukan tewas, Oktovianus hendak mengambil barang di pelabuhan.

Dia sempat hilang semalaman.

Dikutip dari Tribun Papua, Oktovianus pergi ke pelabuhan Kampung Pasir Putih, Distrik Aradide, Kabupaten Paniai, pada Rabu (10/4/2024), sekitar pukul 16.00 WIT.

Namun, setelah itu, dia tak pulang semalaman dan tidak diketahui keberadaannya.

Keesokan harinya, Kamis (11/4/2024) sekitar pukul 08.00 WIT, jenazahnya ditemukan warga di Jalan Trans Enarotali, jalan menuju pelabuhan Pasir Putih.

Warga langsung menghubungi rombongan Natalis Degei.

Danramil Aradide, Kodim 1703-04/Deiyai, Letda Inf Oktovianus Sogalrey, gugur diserang TPNPB-OPM di Paniai, Papua Tengah.

Sebelum ditemukan tewas, Oktovianus hendak mengambil barang di pelabuhan.

Setelah rombongan tersebut tiba di TKP, Natalis Degei langsung menghubungi pihak keamanan.

Gabungan anggota Satgas Raider 527/BY, Koramil 1703-04/Aradide, dan Polres Paniai yang tiba di lokasi sekitar pukul 11.00 WIT, segera mengevakuasi jenazah Danramil.

Jenazah Oktovianus dibawah ke Koramil 1703-04/Aradide dan tiba sekitar pukul 12.30 WIT.
Dari pemeriksaan, ditemukan luka sobek di bagian belakang kepala akibat terkena senjata tajam.

Sedangkan sepeda motor yang dikendarainya hilang.

Menurut informasi, Oktovianus ditembak pasukan TPNPB-OPM Kodap XIII Kegepa Nipouda Paniai, dibawah Pimpinan Mayor Osea S Boma.

Sejumlah Pasukan TPNPB-OPM bersembunyi di sekitaran jalan menuju Pelabuhan Pasir Putih, Jalan Trans Enarotali.

Saat melintasi jalan itulah Oktovianus langsung ditembaki namun tidak mengenai tubuh korban.

Peluru mengenai motor yang dikendarainya dan korban langsung jatuh terpapar di permukaan jalan.

Pasukan TPNPB-OPM langsung datang dan memukuli Oktovianus dengan alat tajam sampai korban meninggal.

Setelah memastikan korban meninggal, para pelaku langsung kabur dan bersembunyi.(*)

Inilah Alasan dan Dampak Penggantian Nama KKB Papua Menjadi OPM

Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto mengumumkan perubahan sebutan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua menjadi Organisasi Papua Merdeka (OPM) pada 5 April 2024.

Pasalnya, aksi yang dilakukan KKB makin keterlaluan. Bahkan mereka tidak segan-segan untuk memerkosa guru dan tenaga kesehatan di Papua.

Oleh sebab itu, TNI tidak akan tinggal diam. “Saya akan tindak tegas untuk apa yang dilakukan oleh OPM. Tidak ada negara dalam suatu negara,” ujar Jenderal Agus Subiyanto seperti dilansir dari Kompas.com.

Keputusan ini memicu perdebatan dan menimbulkan pertanyaan:

Berikut adalah beberapa alasan dan dampak dari perubahan penyebutan nama KKB menjadi OPM.

1. KKB Bertindak Kriminal

KKB di Papua telah melakukan tindakan kriminal yang mengancam dan membunuh. Mereka tidak segan menggunakan kekerasan dan telah menyebabkan kerugian besar bagi masyarakat sipil, prajurit TNI, tenaga kesehatan, dan guru.

Dalam aksinya, mereka selalu mengganggu dan mengancam keamanan serta ketertiban di wilayah Papua. Dengan mengganti nama menjadi OPM, pemerintah ingin menegaskan bahwa mereka mengakui klaim identitas yang diberikan oleh kelompok tersebut.

2. Identitas dan Sejarah

Sebutan “OPM” memiliki konotasi sejarah yang lebih kuat sebagai gerakan separatisme Papua. Dalam perjuangan kemerdekaan Papua, OPM telah menjadi simbol perlawanan.

Dengan mengadopsi istilah ini, pemerintah mengakui klaim identitas yang diberikan oleh kelompok tersebut. Namun, ini juga memperkuat narasi internasional tentang perjuangan kemerdekaan Papua.

3. Ketegangan Politik dan Respons Terhadap Aksi KKB/OPM

Pergantian ini dapat meningkatkan ketegangan politik antara pemerintah dan kelompok separatisme di Papua.

Sebutan “OPM” memiliki implikasi lebih luas dan sering dikaitkan dengan tuntutan kemerdekaan Papua. Pemerintah akan lebih tegas dalam menanggapi aksi-aksi kekerasan yang dilakukan oleh KKB/OPM.

Dengan mengakui mereka sebagai OPM, pemerintah dapat mengambil langkah-langkah lebih efektif untuk mengatasi ancaman keamanan dan melindungi warga sipil serta aparat keamanan.

4. Reaksi Masyarakat Papua

Pergantian ini juga akan memicu reaksi dari masyarakat Papua. Beberapa mungkin mendukung penggunaan istilah “OPM” sebagai bentuk pengakuan terhadap perjuangan Papua, sementara yang lain mungkin merasa sensitif terhadap perubahan ini.

Pemerintah harus memastikan pendekatan yang bijaksana dan berkelanjutan dalam menangani situasi ini.

Dengan perubahan ini, pemerintah berharap dapat mengatasi tantangan keamanan di Papua dan memastikan perlindungan bagi warga sipil serta prajurit yang bertugas di wilayah tersebut.